Minggu, 04 Desember 2011

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi yang baik maka pelaksanaan akan perencanaan yang dibuat menjadi baik pula, dari segi proses maupun hasilnya.
Namun ’komunikasi’ pula yang belakangan ini menjadi sorotan tajam MEDIA. Akhir-akhir ini MEDIA menilai telah terjadi sebuah penurunan komunikasi yang baik antara Kampus dan Mahasiswa yang pada akhirnya memicu masalah yang tak terselesaikan dan berbagai spekulasi yang bermunculan dikalangan mahasiswa.
Hal ini mulai terlihat saat penanganan program kampus dan mahasiswa dalam pembuatan Buku Tabungan dan ATM yang merangkap dengan KTM. Masalah ini dinilai berlarut-larut dan tak kunjung terselesaikan. Ide program tersebut muncul dan diutarakan oleh pihak kampus kepada mahasiswa  pertama kali saat berlangsungnya kajian mahasiswa ’Kuliah Dhuha Manajemen’ awal April lalu. Program tersebut dinilai menarik dan memicu antusias mahasiswa yang hadir saat itu. Dengan segala janji dan keuntungan yang didapatkan oleh mahasiswa dalam program tersebut yang kemudian disusul dengan pemaparan yang jelas dari pihak Bank Syari’ah yang bersangkutan cukup membuat optimis mahasiswa akan terlaksananya program tersebut. Namun pelaksanaan ternyata tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Terhitung dari bulan juni saat pengurusan ATM tersebut dimulai oleh pihak bank hingga awal desember program tersebut terseret-seret tak terhenti pada titik cerah.
Kamis, 1 Desember lalu  MEDIA berhasil mendapatkan keterangan dari pihak kampus mengenai masalah tersebut. Hal utama Yang berhasil tangkap dari percakapan tersebut adalah ketidak jelasan penanggungjawaban dari pihak kampus maupun pihak bank yang menangani program tersebut hingga terselesaikan. Dan beberapa hari setelah itu mulai muncul penjelasan-penjelasan mengenai penyelesaian masalah yang cukup menguras kesabaran mahasiswa itu.
Diwaktu dan tempat yang sama pula MEDIA meminta penjelasan tentang program yang menyangkut semester awal dalam pembuatan seragam dan jas almamater. Dari hasil keterangan yang didapat, perencanaan dan pelaksanaan yang dibuat ternyata juga bernasib sama dengan program pembuatan buku tabungan. Dan pada akhirnya kesabaran mahasiswa harus kembali dikorbankan.
Imbas dari dua kasus diatas yang pada akhirnya munculah berbagai spekulasi dari mahasiswa kepada kampus. Dari hasil keterangan yang didapat, banyak mahasiswa

yang merasa geram bahkan menilai bahwa manajemen kampus dalam menangani program tersebut tidak profesional.
Dari satu sisi mahasiswa sangat berharap terlaksananya program tersebut dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, namun pada akhirnya mahasiswa harus dipaksa untuk bersabar tanpa penjelasan dari kampus tentang penyelesaiannya. Namun dari sisi lain, pihak kamus sudah berusaha untuk menjalankan program dengan tujuan membuat sebuah hasil yang maksimal dari program yang dibuat namun harus terbentur oleh penanggung jawaban yang tidak jelas dan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan.
Sangat dimengerti bahwa dalam posisi ini kampus sebetulnya tidak ingin mengecewakan mahasiswa. MEDIA dapat menyimpulkan bahwa langkah awal yang seharus ditempuh oleh pihak kampus adalah membuat komunikasi yang baik antara pihak kamus dan mahasiswa. Selama ini MEDIA menilai spekulasi-spekulasi yang muncul dikalangan mahasiswa adalah dipicu oleh tidak adanya keterangan yang jelas dari pihak kampus tentang perkembangan dari program-program yang dibuat. Mahasiswa merasa di ’gantungkan’ oleh harapan yang tidak kunjung jelas seperti itu.
 Pada program pembuatan Buku Tabungan saja yang tak terselesaikan hingga memasuki bulan ketujuh ini, september lalu mahasiswa sempat diberi angin segar tentang kedatangan pihak Bank yang mengurus buku tabungan. Dan pada pengurusan itu pula kartu ATM sudah berhasil didapatkan oleh beberapa mahasiswa. Sedangkan entah kenapa buku tabungan justru tidak ikut dibagikan. Dari periode september hingga awal desember itulah mahasiswa secara tidak langsung harus menunggu pembagian buku tabungan tanpa ada kejelasan kapan kepastian penyelesaiannya oleh pihak bank melalui kampus.
Pada periode ’penggantungan’ tersebutlah yang memunculkan berbagai spekulasi mahasiswa yang dikhawatirkan jika mahasiswa terus menerus berada diposisi tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap kampus. Dan jika tingkat kepercayaan mahasiswa kepada kampus terus menerus turun hal tersebut dapat ikut menghambat berkembangnya kualitas kampus dan merugikan semua pihak.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut semoga dapat menjadi pelajaran pribadi maupun bersama bagi pihak kampus dan mahasiswa dalam meningkatkan perencanaan yang matang akan program-program yang dibuat dengan tidak mengesampingkan aspek komunikasi yang baik agar terlaksananya program tersebut dan dapat meminimalisir munculnya spekulasi.
Sejatinya aspek komunikasi yang baik adalah salah satu gambaran dari sistem syari’ah yang mengedepankan kejujuran dan musyawarah dalam melaksanakan program dan menyelesaikan masalah. Sehingga semua pihak dapat mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi. Bahkan dengan musyawarah dan komunikasi yang baik tak ayal mahasiswapun bisa ikut memberikan solusi atas penyelesaian permasalahan program-program tersebut.(Sy)
Sabtu Pagi (3/12) MEDIA  berkesempatan ngobrol rileks dengan ketua BEM STEI Al-Ishlah Roma AR Sanjaya yang akrab disapa Bang Roma. Disela-sela kesibukannya setelah selesai mengikuti kajian KEMIS HAMASSA di Masjid Ash-Shobur, Perbincangan menarik muncul ketika MEDIA memulai menanyakan sebuah topik tentang regenerasi BEM STEI Al-Ishlah. Pertanyaan ini dilontarkan MEDIA bukan tanpa sebuah sebab. Tradisi regenerasi organisasi besar seperti BEM adalah sebuah topik pembahasan yang cukup diminati oleh sebagian besar kalangan mahasiswa. Terlebih STEI Al-Ishlah sendiri hingga saat ini belum terlaksana serah terima jabatan pengurus BEM periode yang baru. Hmm... bagaimana dan mengapanya, pada kesempatan tersebut dijelaskan panjang lebar oleh Bang Roma. Selain itu satu hal sangat menarik dan menggelitik rasa penasaran MEDIA saat itu adalah bagamana sih sosok Ketua BEM yang diidam-idamkan oleh Bang Roma untuk menggantikan posisinya kelak?.
Awal MEDIA menanyakan perkembangan BEM dalam merencanakan penggantian kepengurusan. Hal ini ditanyakan karena bagaimana tidak, bau-bau kepengurusan seolah sedikitpun tidak tercium dikalangan mahasiswa. Sebetulnya ada tapi masih dirahasiakan? Atau memang sebetulnya BEM sendiri belum ada persiapan kearah situ?. Dengan jawabannya yang jelas Bang Roma menjelaskan bahwa sebetulnya BEM saat ini sudah mempunyai perencanaan-perencanaan dalam pembentukan kepengurusan BEM yang baru. Hanya saja untuk mengarah kesitu perlu diadakannya sebuah persiapan persiapan yang matang.
”Salah satu langkah awal adalah mencari sosok pemimpin yang baru dengan membuat sebuah wacana Poling mahasiswa dalam mencari Balon (Bakal Calon)” Tambah Mahasiswa yang sedang studi Semester Akhir tersebut.
Langkah awal tersebut rencananya akan bekerja sama dengan MEDIA sendiri dengan tujuan mencari gambaran sosok pemimpin yang sebetulnya diharapkan oleh mahasiswa. Setelah itu dijelaskan pula langkah dari BEM sebelum melangkah kekepengurusan yang baru adalah dengan diadakannya Laporan Penanggung Jawaban Pengurus BEM yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.
Setelah dua langkah diatas terlalui, tambah Ketua BEM yang terhitung  mulai menjabat April 2010 tersebut adalah diadakannya penyaringan Calon Ketua BEM yang nantinya akan dipilih dan maju dalam bursa pencalonan. Dan untuk melaksanakan proses pemilihan akan diserahkan sebuah amanah dari BEM yang lama ke Tim Formatur yang nantinya terlebih dahulu akan dibentuk.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebetulnya BEM sedang dalam perencanaan yang matang dalam agenda pembentukan kepengurusan yang baru. Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa perencanaan tersebut sudah dirembukan sebelumnya oleh semua pengurus BEM yang sedang menjabat.
Dalam kepengurusan tentunya tidak ada yang sempurna, seperti pada kepengurusan BEM yang sedang menjabat. Salah satunya terlihat dari morotnya dari agenda pengalihan kepengurusan yang sebelumnya diagendakan setahun sekali ini meleset dari perencanan.
Saat ditanya apakah hal ini ada unsur kesengajaan atau tidak, Bang Roma menjelaskan bahwa ada unsur ketidaksengajaan dalam hal ini. Namun tidak dapat dipungkiri ada pula sisi kesengajaan pula, hal ini disengajakan dari segi adaptasi sistem yang dibuat. Dapat dimaklumi bahwa kepengurusan BEM ini adalah kepengurusan BEM kedua di STEI Al-Ishlah sehingga dalam melaksanakan kebijakan-kebijakannya perlu perencanaan yang matang dan pengadaptasian. Adapaun hal ini semata-mata ingin membuat sebuah suguhan pemilihan BEM yang lebih berkualitas dan dapat dinikmati oleh semua kalangan mahasiswa dan dapat memunculkan sosok pemimpin yang tepat.
Setelah kenyang menanyakan tentang persiapan regenerasi. MEDIA kini berpindah topik kearah yang sedikit sensitif tentang Sosok Pemimpin BEM yang baru yang sebetulnya diidamkan oleh Bang Roma.
Secara garis besar dipaparkan oleh bang Roma tanpa menggambarkan salah satu pihak yang menunjukan sisi nepotismenya. ”Ketua BEM selanjutnya itu harus lebih baik dari tahun sekarang, kemudian dia harus mampu mengkoordinatori mahasiswa, terutama UKM, terlebih UKM yang ada di STEI Al-Ishlah ini berusia sangat muda dan terbentuk baru-baru ini. Dan yang ditekankan adalah adanya kerjasama yang baik antara BEM dan UKM yang ada seperti MEDIA, HAMASSA, LDK maupun UKM tertua KARMAPALA dalam meningkatkan kualitas program-program yang dibuat setiap UKM tersebut agar dapat berkembang dengan baik.”
Harapan itu memang selalu ada, tapi melihat kenyataanya tentang Sumber Daya Mahasiswa sekarang, MEDIA menanyakan apakah Ketua BEM optimis dapat dapat menemukan sosok pemimpin yang diidamkan tersebut?
Menjawab dengan cukup optimisnya bahwa dari gambaran mahasiswa sekarang sosok pemimpin sebetulnya sudah sangat banyak bermunculan dikalangan mahasiswa. Itulah yang menjadi harapan ketua BEM dengan kepengurusan yang baru agar menjadi kepengurusan yang lebih baik lagi.
Dan pertanyaan akhir MEDIA menuju pada persyaratan-persyaratan tentang Ketua BEM itu sendiri seperti apa ternyata Ketua BEM menolak berkomentar. Hal ini dikarenakan menurutnya, hal-hal mengenai persyaratan dan perencanaan kepengurusan akan ditentukan oleh tim formating yang nantinya akan dibentuk.
Semoga dari perencanaan dan harapan yang begitu besar dari kepengurusan BEM sekarang kepada kepengurusan BEM yang baru dapat tercapai , guna menuju bangkitnya BEM STEI Al-Ishlah.(Sy)

Sabtu, 03 Desember 2011

Sejarah perkembangan studi ekonomi Islam dapat dibagi pada empat pase:

Pase pertama, masa pertumbuhan
Pase kedua, masa keemasan
Pase ketiga, masa kemunduran dan
Pase keempat, masa kesadaran
Masa Pertumbuhan 
Masa pertumbuhan terjadi pada awal masa berdirinya negara Islam di Madinah. Meskipun belum dikatakan sempurna sebagai sebuah studi ekonomi, tapi masa itu merupakan benih bagi tonggak-tonggak timbulnya dasar ekonomi Islam. Secara amaliyah, segala dasar dan praktek ekonomi Islam sebagai sebuah sistem telah dipraktekkan pada masa itu, tentunya dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan masanya. Lembaga keuangan seperti bank dan perusahan besar (PT) tentunya belum ditemukan. Namun demikian lembaga moneter di tingkat pemerintahan telah ada, yaitu berupa Baitul Mal. Perusahaan (PT) pun telah dipaktekkan dalam skala kecil dalam bentuk musyarakah.
Masa Keemasan 
Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan ekonomi, pada abad ke 2 Hijriyah para ulama mulai meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya sistem ekonomi Islam di sebuah negara atau pemerintahan. Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi (akad), pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah (PT), pengaturan pasar dan lain sebagainya. Namun kaidah-kaidah yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer dalam buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku dengan judul ekonomi Islam.
Beberapa karya fiqih yang mengetengahkan persoalan ekonomi, antara lain:
Fiqih Mazdhab Maliki:
Al-Mudawwanah al-Kubrto, karya Imam Malik (93-179 H)
Bidayatul Mujtahid, karya Ibnu Rusyd (wafat 595 H)
Al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, karya Imam al-Quirthubi (wafat 671 H)
Al-Syarhu al-Kabir, karya Imam Ahmad al-Dardir (wafat 1201 H)
Fiqih Mazdhab Hanafi:
Ahkam al-Quran, karya Imam Abu Bakar Al-Jassos (wafat 370 H)
Al-Mabsut, karya Imam Syamsuddin al-Syarkhsi (wafat 483 H)
Tuhfah al-Fuqoha, karya Imam Alauddin al-Samarqandu (wafat 540 H)
Bada’i al-Sona’i, karya Imam Alauddin Al-Kasani (wafat 587 H)
Fiqih Mazdhab Syafi’I:
Al-Umm, karya Imam Syafi’I (150-204 H)
Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Al-Mawardi (wafat 450 H)
Al-Majmu’, karya Imam An-Nawawi (wafat 657 H)
Al-Asybah Wa al-Nadzoir, karya Jalaluddin al-Suyuthi (wafat 911 H)
Nihayah al-Muhtaj, karya Syamsuddin al-Romli (wafat 1004 H)
Fiqih Mazdhab Hambali:
Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Qodhi Abu Ya’la (wafat 458 H)
Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah (wafat 620 H)
Al-Fatawa al-Kubro, karya Ibnu Taimiyah (wafat 728 H)
A’lamul Muwaqi’in, karya Ibnu qoyim al-Jauziyah (wafat 751 H)
Dari kitab-kitab tersebut, bila dikaji, maka akan ditemukan banyak hal tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi Islam, baik sebagai sebuah sistem maupun keterangan tentang solusi Islam bagi problem-problem ekonomi pada masa itu.
Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” misalnya, memberi penjelasan tentang kewajiban negara menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap warga mengara. Konsep ini telah melampaui pemikiran ahli ekonomi saat ini. Demikian pula halnya dengan karya-karya fiqih lain, ia telah meletakkan konsep-konsep ekonomi Islam, seperti prinsip kebebasan dan batasan berekonomi, seberapa jauh intervensi negara dalam kegiatan roda ekonomi, konsep pemilikan swasta (pribadi) dan pemilikan umum dan lain sebagainya.
Karya-karya Khusus Tentang Ekonomi
Meskipun permasalahan ekonomi telah dibahas secara acak pada buku-buku fiqih, namun pada pase ini terdapat juga karya-karya tentang ekonomi Islam yang membahas secara khusus tentang ekonomi. Karya-karya ini tentunya telah mendahului karya-karya ahli ekonomi Barat saat ini, sebab karya-karya kaum muslimin dalam bidang ini telah ada sejak abad ke 7 M
Karya-karya tersebut antara lain:
Kitab Al-Khoroj, karya Abu Yusuf (wafat 182 H/762 M)
Abu Yusuf adalah seorang qadli (hakim) pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Pada saat iitu Harun al-Rasyid meminta beliau menulis tentang pendapatan negara dalam bentuk khoroj (sejenis pajak), zakat, jizyah dan lainnya untuk dijadikan pegangan hukum negara (semacam KUHP sekarang). Dalam mukaddimahnya, Abu Yusuf menulis: “Telah saya tulis apa yang menjadi permintaan tuan, saya pun telah menjelaskannya secara rinci. Oleh karena itu pelajarilah. Saya telah bekerja keras untuk itu dan saya berharap agar tuan dan kaum muslimin memberi masukan. Hal itu karena semata-mata mengharap ridho Allah serta takut akan azabNya. Bila kitab ini sudah jelas, saya berharap agar tuan tidak memungut pajak dengan cara-cara yang zalim dan berbuat tidak baik terhadap rakyat tuan”.
Kitab Al-Khoroj, karya Imam Yahya al-Qursyi (204 H/774 M)
Kitab Al-Amwal, karya Abu Ubaid bin Salam (wafat 224 H/774 M)
Kitab ini telah banyak ditahkik dan dita’liq (dikomentari) oleh Muhammad Hamid Al-Fahi, salah seorang ulama Al-Azhar. Kitab ini pun termasuk kitab terlengkap dalam membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan harta di Daulah Islamiyah.
Al-Iktisab Fi al-Rizqi, karya Imam Muhammad al-syaibani (wafat 334 H/815 M)
Dan karya-karya lainnya seperti karya Ibnu Kholdun, Al-Maqrizi, Al-Aini dan lain-lain
Di penghujung abad 14 dan 15 M merupakan titik awal bagi adanya aliran keilmiahan dalam bidang ekonomi modern. Bahkan Syaikh Mahmud Syabanah, mantan wakil rektor Al-Azhar menyatakan bahwa kitab “Mukaddimah” karya Ibnu Kholdun yang terbit pada tahun 784 H atau sekitar abad 13 hingga 14 M adalah bentuk karya yang mirip dengan karya Adam Smith. Bahkan dalam karyanya, ibnu Kholdun juga menulis tentang asas-asas dan berkembangnya peradaban, produktifitas sumber-sumber penghasilan, bentu-bentuk kegiatan ekonomi, teori harga, migrasi penduduk dan lain-lain. Sehingga isi kedua karya ini hampir sama. Perbedaannya hanya terletak pada kondisi dan lingkungan.
Masa Kemunduran Dengan ditutupnya opintu ijihad, maka dalam menghadapi perubahan sosial, prinsip-prinsip Islam pada umumnya dan prinsip ekonomi khususnya, tidak berfungsi secara optimal, karena para ulama seakan tidak siap dan berani untuk langsung menelaah kembali sumber asli tasyri’ dalam menjawab perubahan-perubahan tersebut. Mereka lebih suka merujuk pada pendapat imam-imam mazdhab terdahulu dalam mengistimbat suatu hukum, sehingga ilmu-ilmu keislaman lebih bersifat pengulangan dari pada bersifat penemuan.
Tradisi taklid ini menimbulkan stagnasi (kejumudan) dalam mediscover ilmu-ilmu baru, khususnya dalam menjawab hajat manusia di bidang ekonomi. Padahal ijtihad adalah sumber kedua Islam setelah al-Quran dan as-Sunnah. Dan pukulan telak terhadap Islam adalah ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut.
Masa Kesadaran Kembali 
Sejak ditutupnya pintu ijtihad pada abad 15 H, hubungan antara sebagian masyarakat dengan penerapan syariat Islam yang sahih menjadi renggang. Sebagaimana juga telah terhentinya studi-studi tentang ekonomi Islam, hingga sebagian orang telah lupa sama sekali, bahkan ada sebagian pihak yang mengingkari istilah “ekonomi Islam”. Ajaran Islam akhirnya terpojok pada hal-hal ibadah mahdloh dan persoalan perdata saja. Lebih ironis lagi sebagian hal itu pun masih jauh dari ajaran Islam yang benar.
Namun demikian, meskipun studi ilmiah modern dalam bidang ekonomi masih sangat terbatas, namun usaha-usaha telah dilakukan, antara lain:
Pertama, studi ekonomi mikro. Dalam hal ini studi terfokus pada masalah-masalah yang terpisah, seperti pembahasan tentang riba, monopoli, penentuan harga, perbankan, asuransi kebebasan dan intervensi pemerintah pada kegiatan ekonomi dan lain-lain. Langkah ini terlihat dari diadakannya beberapa seminar dan muktamar, antara lain:
Muktamar Internasional tentang fiqih Islam
Pada Muktamar Fiqih Islam pertama yang diadakan di Paris tahun 1951 dibahas masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, riba dan konsep pemilikan.
Muktamarr Fiqih Islam kedua diadakan di Damaskus pada bulan April 1961. Dalam muktamar tersebut dibahas tentang asuransi dan sistem hisbah (pengawasan) menurut Islam.
Muktamar Fiqih Islam ketiga diadakan di Kairo pada Mei 1967, membahas tentang asuransi sosial (takaful) menurut Islam
Muktamar Fiqih Islam keempat diadakan di Tunis pada bulan Januari 1975, membahas masalah pemalsuan dan monopoli.
Muktamar Fiqih Islam kelima diadakan di Riyadh pada bulan Nopember 1977 membahas tentang sistem pemilikan dan status sosial menurut Islam.
Muktamar Fiqih Islam sedunia, diadakan di Riyadh juga yang diorganisir oleh Universitas Imam Muhammad bin Saud pada tanggal 23 Oktober hingga Nopemebr 1976, membahas tentang perbankan Islam antara teori dan praktek dan pengaruh penerapan ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat.

Senin, 01 Agustus 2011

Pada sebuah pohon yang rindang, terdapatlah sekelompok ulat bulu yang sedang asyik melahap dedaunan. Lalu tiba-tiba mereka dikejutkan dengan datangnya se-ekor kupu-kupu yang begitu cantik dan menawan. Ulat-ulat itu terpesona, mengagumi keindahan kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu begitu menarik di pandangan mereka dan menjadi pusat perhatian dari ulat-ulat yang terdecak kagum.

“hi, siapa engkau?? Engkau begitu indah dan menawan, tidak seperti kami menjijikan dan menyeramkan.” Ujar seekor ulat pada kupu-kupu

“tahukah kamu wahai sahabatku ulat..aku juga dulu seperti kalian, hanya se-ekor ulat yng menjijikan, tak ada manusia yang mau mendekati aku. Lalu dengan proses panjang aku merubah diriku menjadi seperti ini. Yah...sekarang aku adalah se ekor kupu-kupu yang dicintai semua makhluk karena keindahan ku.”

“jadi kamu dulu juga se-ekor ulat seperti kami?? Lalu bagaimana caranya agar kami bisa menjadi seperti kamu??”

“kalian harus puasa selama 30 hari, tidak makan dan tidak minum, tahan dengan segala ujian yang sudah di tentukan-Nya, kalau kalian bisa melakukan itu, insyallah kalian pun akan menjadi seperti aku yang dicintai manusia.”

Kupu-kupu itu lalu pergi dan hinggap pada pohon yang lain.

Beberapa ulat itu kemudian mengikuti saran dari kupu2 untuk berpuasa selama 30 hari. Tapi ada juga sedikit dari ulat itu yang tidak mau mengikuti apa yang disarankan kupu2. Menurut mereka terlalu berat jika harus berhenti makan dan minum selama 30 hari. Mereka pasrah dengan keadaanya sebagai ulat yang menjijikan.

Dalam perjalannya menjadi se ekor kupu-kupu, ada beberapa ulat yang tergoda rayuan temannya yang sedang asyik menikmati makan daun yang begitu nikmat.

“sudahlah, kalian jangan menyiksa diri kalian, makanan ini begitu nikmat”.

Beberapa ulat tergoda, dan menghentikan meditasi mereka. Namun sebagian masih tetap dalam pendiriannya, tetap berpuasa, karena mereka yakin akhir dari perjalanan ini adalah keindahan yang begitu menakjubkan. Mereka tetap konsisten, tetap sabar dan terus berjuang dalam sangkar yang bernama kepongpong..

Sampai harinya tiba..tepat dihari ke 30 mereka keluar dari sangkarnya itu, lalu mengepakan sayap cantik, dengan corak warna warni yang begitu indah dan mempesona, mereka terbang...terbang bergembira..mereka tersenyum puas memandangi tubuhnya telah berubah total dari ulat yang menjijikan menjadi kupu2 yang indah nan jelita..mereka bersyukur saat terbang diatas danau bening yang memantulkan wujud mereka yang baru..mereka menjadi kupu-kupu yang jelita dan menawan..

Sementara teman2nya hanya menatap terpesona dan penuh penyesalan...

Kawan!!
Untuk menjadi pribadi yang dicintai oleh semua orang, menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya, menjadi seorang yang sholeh, menjadi pribadi yang selalu berkata benar dari yang sebelumnya pembohong, menjadi pembela agama Allah dari sebelumnya memusuhi agama Allah, tidak bisa dilakukan dengan instan lantas jadi seperti yang diinginkan! Semua itu butuh proses panjang dan harus menghadapi ujian demi ujian.

Ramadhan adalah satu sarana yang selalu Allah berikan kepada kita setiap tahunnya. Jika kita mampu memanfaatkan dengan baik, bukan tidak mungkin kita akan menjadi kupu-kupu yang indah dan menawan. Di bulan ini kita dilatih dengan berbagai pelatihan yang sangat mendukung agar menjadi pribadi yang menawan, menjadi pribadi yang beruntung, bertaqwa, serta menjadi pribadi yang bersih baik dzahir maupun bathin. Kita berlatih untuk bersabar menahan nafsu dan amarah, kita dilatih untuk peduli dengan sesama, kita dilatih untuk menahan pandangan, pendengaran, kata dalam bicara, tindak dalam perbuatan, bisikan dalam hati, serta membersihkan keruh dalam fikiran. Kita dilatih untuk konsisten dalam amal, bersabar dalam sholat-sholat yang banyak dan panjang disetiap malam, kita pun dilatih untuk mencintai al-Qurán, juga yang tak kalah penting kita dilatih untuk mau memaafkan semua kesalahan semua orang.

Lulus dari proses metamorfosis ini kita akan menjadi pribadi yang baru. Kita seperti terlahir kembali laksana bayi yang baru lahir. Yang kehadirannya, ditunggu semua orang, yang kelahirannya disambut senyum bahagia semua orang, di peluk, dicium, di gendong, disayang dan di cinta semua orang. Laksana ulat yang berjuang agar menjadi lebih baik, ketika ia sukses menjalani semua ujian yang telah ditetapkan, ulat itu terlahir kembali menjadi kupu-kupu yang indah dan menawan.

Teringat kembali sebuah nasyid Ramadhan dari Izzatul Islam :

Bulan perjuangan tingkatkan iman
Pupuk pengorbanan suci
Bina kesungguhan bina keihklasan
Berbekal taqwa untuk...kehidupan...Ramadhan

Jadikan bulan suci cermin hati
Benahi hidup tuk Ilahi
Lepas belenggu dunia tuju ukhrowi
Sibak cakrawala imani
Luas membentang tak terhalang

Bulang suci cermin kan hati cerlang
Arungi hidup masa datang
Rahmat ampunan cahaya abadi
Raih kebebasan hakiki
Dari pedih ajab berkekalan

Kesabaran diraih penuh pengorbanan
Nafsu tunduk patuh terkendali
Keridhoan bukanlah suatu kemudahan
Capai gelaran kehormatan
Ambang Ar-royan di hadapan

Hindarkan kesiaan kata dan perbuatan
Tinggikan hari dengan kesibukan Robbani
Janganlah sampai keluar dengan tangan hampa
Tiada hasil kecuali lapar dahaga

Ingatkan diri sang junjungan di bulan rahmah
Tegakkan malam bertabur dzikir dan tilawah
Cerah hari bercahayakan
Indah menyinar ketaqwaan

Telah datang bulan keagungan
Bulan rahmah penuh keberkahan
Berlombalah merengkuh pahala
Raih malam sribu bulan..lailatul qodar..

Perbanyak yang di ridhoi Rabb mu
Syahadat istighfar selalu
Mintalah ridho-Nya Jannah tujuan mu
Mohon perlindungan dari neraka-Nya...
Ramadhan...Ramadhan...Ramadhan...

Semoga setiap jiwa kita kembali dengan sebenarnya fitrah. Menjadi pribadi yang semakin baik setelah menempuh ujian di kepompong Ramadhan...insya Allah..

Abu Rafah====.islammedia...

Minggu, 17 Juli 2011

                                           Gelombang 1                     Gelombang 2
1. Pendaftaran  :                  2 Mei - 1 Juli 2011           4 Juli - 12 Agustus 2011
2. Ujian Saringan :               2 Juli 2011                       13 Agustus 2011
3. Pengumuman Hasil Tes :  4 Juli 2011                       15 Agustus 2011
4. Registrasi Pembayaran :  4 - 30 Juli 2011                15 - 20 Agustus 2011
Biaya awal masuk STEI Al-Ishlah tahun ajaran 2011 - 2012

(Reguler)
1.Pendaftaran  : Rp. 100.000,-
2.Mataf & Outbond  : Rp. 350.000,-
3.Kemahasiswaan  : Rp.   50.000,- 
4.Perpustakaan  : Rp.   50.000,- 
5. Kartu Mahasiswa  : Rp.   50.000,- 
6. Seragam :  Rp. 200.000,-


Diskon SPP
1. Ujian Saringan Tes Masuk
20% Peringkat Pertama : Rp. 500.000,-/semester
30% Peringkat Kedua : Rp. 625.000,-/semester
30% Peringkat Ketiga : Rp. 875.000,-/semester

 Peringkat 10 Besar dikelas : Rp. 600.000,-/semester

(karyawan)
1.Pendaftaran  : Rp. 100.000,-
2.Mataf & Outbond  : Rp. 350.000,-
3.Kemahasiswaan  : Rp.   150.000,- pertahun
4.Perpustakaan  : Rp.   150.000,- pertahun
5.Kartu Mahasiswa & ATM  : Rp.   50.000,-

6. SPP persemester : Rp. 900.000,-
7. UTS permata kuliah : Rp. 10.000,-
8. UAS permata kuliah : Rp. 15.000,-

Variabel biaya selain SPP  di STEI Al-Ishlah :
1.KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa  : Rp 600.000
2. Ujian Skripsi  : Rp 750.000
3.Wisuda  : Rp 1.500.000
4. Pelatihan Penyusunan Skripsi :  Rp 450.000
5. Bimbingan Skripsi : Rp. 1.000.000,-
6. Ujian Proposal : Rp. 250.000,-
7. Ujian Kompre : Rp. 500.000,-

Selasa, 31 Mei 2011

SIGNATURE atau yang mempunyai kepanjangan "Six Generation Of STEI Al-Ishlah" adalah komunitas dari mahasiswa angkatan ke-6 Sekolah Tinggi Ekonomi Islam.

Kamis, 26 Mei 2011

Jika kita berbicara tentang seorang cendekiawan yang satu ini, memang cukup unik dan mengagumkan. Sebenarnya, dialah yang patut dikatakan sebagai pendiri ilmu sosial. Ia lahir dan wafat di saat bulan suci Ramadan. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun.
Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang mampu memberikan pengaruh besar bagi cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan berbagai peristiwa, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah tugas besar serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Perlawatannya antara  Maghrib dan Andalusia, kemudian antara Maghrib dan negara-negara Timur memberikan hikmah yang cukup besar. Ia adalah keturunan dari sahabat Rasulullah saw. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.

Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fez, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadist, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
SETELAH keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
ADA beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.

sumber : 
http://hafez.wordpress.com
Artikel ini diambil dari : 
http://zonaekis.com

Islam sebagai ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna     ( syumul ). Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam. Al- Qur’an secara tegas menyatakan kesempurnaan Islam tersebut dalam banyak ayat, antara lain, ( QS. 5:3, 6:38, 16:89).

Kesempurnaan Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual muslim, tetapi juga para orientalist barat, di antaranya H.A.R Gibb yang mengatakan, “ Islam is much more than a system of theology it’s a complete civilization.”
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek ekonomi (mua’malah, iqtishodiyah ). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak, baik dalam Al-quran, Sunnah, maupun ijtihad para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang terpanjang dalam Al-Quran justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan  masalah ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu ialah ayat 282 dalam surah Albaqarah, yang menurut Ibnu Arabi ayat ini mengandung 52 hukum/malasah ekonomi).

C.C. Torrey dalam The Commercial Theological Term in the Quran
menerangkan bahwa Alquran memakai 20 terminologi bisnis. Ungkapan tersebut malahan diulang sebanyak 720 kali. Dua puluh terminologi bisnis tersebut antara lain,  1.Tijarah, 2. Bai’, 3. Isytara, 4. Dain (Tadayan) , 5. Rizq, 6. Riba, 7. dinar, 8. dirham, 9. qismah 10. dharb/mudharabah, 11. Syirkah, 12. Rahn, 13.Ijarah/ujrah, 14. Amwal 15.Fadhlillah 17. akad/’ukud 18. Mizan (timbangan) dalam perdagangan, 19. Kail (takaran) dalam perdagangan, 20. waraq (mata uang).

Nabi Muhammad menyebut, ekonomi adalah pilar pembangunan dunia. Dalam berbagai hadits ia juga  menyebutkan bahwa para pedagang (pebisnis) sebagai profesi terbaik, bahkan mewajibkan ummat Islam untuk menguasai perdagangan.
“ Hendaklah kamu kuasai bisnis, karena 90 % pintu   rezeki ada dalam bisnis”. (H.R.Ahmad)
”Sesungguhnya sebaik-baik usaha/profesi adalah usaha perdagangan (H.R.Baihaqi) (Sumber Muhammad Ali As-Sayis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, tp, tt, hlm 86.)

Demikian besarnya penekanan dan perhatian Islam pada ekonomi, karena itu tidak mengherankan jika ribuan  kitab Islam membahas konsep ekonomi Islam. Kitab-kitab fikih senantiasa membahas topik-topik mudharabah, musyarakah, musahamah, murabahah, ijarah, wadi’ah, wakalah, hawalah, kafalah, jialah, ba’i salam,istisna’, riba, dan ratusan konsep muamalah lainnya.  Selain dalam kitab-kitab  fikih, terdapat karya-karya ulama klasik yang sangat melimpah dan secara panjang lebar (luas) membahas konsep dan ilmu ekonomi Islam. Pendeknya, kajian-kajian ekonomi Islam yang dilakukan para ulama Islam klasik sangat melimpah.

Prof. Dr. Muhammad N. Ash-Shiddiqy, dalam buku “Muslim Economic Thinking” meneliti 700 judul buku yang membahas ekonomi Islam. (London, Islamic Fountaion, 1976)
Dr. Javed Ahmad Khan dalam buku Islamic Economics & Finance : A Bibliografy, (London, Mansell Publisihing Ltd) , 1995 mengutip 1621 tulisan tentang Ekonomi Islam,
Seluruh kitab fikih Islam membahas masalah muamalah, contoh : Al-Umm (Imam Syafi’i), Majmu’ Syarah Muhazzab (Imam Nawawi), Majmu Fatawa (Ibnu Taimiyah). Sekitar 1/3 isi kitab tersebut berisi tentang kajian muamalah. Oleh karena itulah maka Prof. Dr.Umer Ibrahim Vadillo (intelektual asal Scotlandia)  pernah menyatakan dalam ceramahnya di Program Pascasarjana  IAIN Medan,  bahwa 1/3 ajaran Islam tentang muamalah.
Materi kajian ekonomi Islam pada masa klasik Islam itu cukup maju dan berkembang. Shiddiqi dalam hal ini menuturkan :
“Ibnu Khaldun has a wide range  of discussions on economics including the subject value, division of labour, the price system, the law of supply and demand, consumption and production, money, capital formation, population growth, macroeconomics of taxation and public expenditure, trade cycles, agricultural, industry and trade, property and prosperity, etc.  He discussses the various  stages through which societies pass in economics progress. We also get the basic idea embodied in the backward-sloping supply curve of labour” (Shiddiqy, Muhammad Nejatullah, Muslim Economic Thinking,  A Survey of Contemporary Literature, dalam buku  Studies in Islamic Economics, International Centre for Research in Islamic Economics King Abdul Aziz Jeddah  and The Islamic Foundation, United Kingdom,  1976, hlm. 261.)
(Artinya, “Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan/Supply and demand, konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, industri dan perdagangan, hak milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur).
Boulakia bahkan menyatakan bahwa Ibnu Khaldun jauh mendahului Adam Smith, Keyneys, Ricardo dan Robert Malthus.

Ibnu Khaldun  discovered  a great number  of fundamental economic notions a few centuries before their official births. He discovered  the virtue and the necessity  of a division of labour before Smith and the principle of labour value before Ricardo. He elaborated  a theory  of population before Malthus and insisted  on the role  of the state in the economy before Keyneys. But much more than that, Ibnu Khaldun used these concepts to build a coherent dinamics system in which the economic mechanism inexorably led economic activity to long term fluctuation…..[1]. (Sumber Boulakia, Jean David C., “Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist” – Journal of Political Economiy 79 (5) September –October 1971: 1105-1118
(Artinya, “Ibn Khaldun telah  menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental beberapa abad sebelum kelahiran ”resminya” (di Eropa). Ia  menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk  membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang…:”)

Demikian gambaran maju dan berkembangnya ekonomi Islam di masa lampau.Tetapi sangat disayangkan, dalam waktu yang relatif panjang yaitu sekitar 7 abad ( sejak abad 13 s/d pertengahan abad 20 ), ajaran –ajaran Islam tentang ekonomi ditelantarkan dan diabaikan kaum muslimin. Akibatnya ekonomi Islam terbenam dalam limbo sejarah dan mengalami kebekuan  (stagnasi ). Dampak selanjutnya, ummat Islam tertinggal  dan terpuruk dalam bidang ekonomi. Dalam kondisi yang demikian, masuklah kolonialisme barat mendesakkan dan mengajarkan doktrrin-doktrin ekonomi ribawi (kapitalisme), khususnya sejak abad 18 sd abad 20. Proses ini berlangsung lama, sehingga paradigma dan sibghah ummat Islam menjadi terbiasa dengan sistem kapitalisme dan malah sistem, konsep dan teori-teori itu menjadi berkarat dalam pemikiran ummat Islam. Maka sebagai konsekuensinya, ketika ajaran ekonomi Islam kembali mau ditawarkan kepada ummat Islam, mereka melakukan penolakan, karena dalam pikirannya telah mengkristal pemikiran ekonomi ribawi, pemikiran ekonomi kapitalisme. Padahal ekonomi syari’ah adalah ajaran Islam yang harus diikuti dan diamalkan, sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam Al-Quran
Firman Allah tersebut terdapat dalama surah Al-Jatsiyah ayat 18 :
”Kemudian kami jadikan bagiu kamu sebuah syari’ah, maka ikutilah syriah itu, dan jangan kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui
Sikap ummat Islam (utamanya para ulama dan intelektual muslim) yang mengabaikan kajian-kajian muamalah sangat disesalkan oleh ulama (para ekonom muslim). Prof. Dr.Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi mengatakan dalam buku  ”Muslim Economic Thinking”, sebagai berikut
“The ascendancy of the Islamic civilization and its dominance of the world scene for  a thousand years  could not have been unaccompanied  by economic ideas as such. From Abu Yusuf in the second century  to Tusi and Waliullah  we get a contiunity of serious  discussion on taxation,  government expenditure,  home economics, money  and exchange, division of labour, monopoly, price control,  etc, Unfortunelly no serious attention has been paid to this heritage by centres of academic research in economics. (Muslim Economic Thingking, Islamic Fondation United Kingdom, 1976, p 264)
Artinya, “Kejayaan peradaban Islam dan pengaruhnya atas panggung sejarah dunia untuk 1000 tahun, tidak mungkin tanpa diiringi dengan ide-ide (pemikiran) ekonomi dan sejenisnya. Dari Abu Yusuf pada abad ke 2 Hijriyah sampai ke Thusi dan Waliullah  kita memiliki kesinambungan dari serentetan  pembahasan yang sungguh-sungguh mengenai perpajakan, pengeluaran pemerintah, ekonomi rumah tangga, uang dan perdagangan, pembagian kerja, monopoli, pengawasan harga dan sebagainya. Tapi sangat disayangkan, tidak ada perhatian yang sungguh-sungguh  yang diberikan atas   khazanah intelektual yang berharga ini oleh pusat-pusat riset akademik di bidang ilmu ekonomi”.